Lingkungan sebagai Faktor Resiko Kejadian Stunting bada Balita

  • Maharani Maharani Fakultas Kesehatan, Universitas Mitra Indonesia
  • Sugeng Eko Irianto Fakultas Kesehatan, Universitas Mitra Indonesia
  • Dwi Yulia Maritasari Fakultas Kesehatan, Universitas Mitra Indonesia
Keywords: balita, lingkungan fisik, lingkungan sosial, stunting, sumber air minum

Abstract

Stunting yang terjadi pada masa 1000 HPK dapat menyebabkan gagal tumbuh, terhambatnya perkembangan kognitif dan motorik, ukuran fisik tubuh yang tidak optimal, gangguan metabolisme, serta menurunnya kapasitas intelektual dalam jangka panjang. Kejadian balita yang mengalami stunting di Kabupaten Pringsewu tercatat tahun 2018 sebanyak 8,24% kasus, meningkat menjadi 8,5% tahun 2019, dan tahun 2020 naik kembali menjadi 9,4% kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko lingkungan yang paling dominan terhadap kejadian stunting pada balita usia 0-59 bulan di Kabupaten Pringsewu. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional yang menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini yaitu balita usia 0 – 59 bulan yang berada di Wilayah Kabupaten Pringsewu berjumlah 395 balita, yang diambil dengan teknik cluster sampling. Pengukuran variabel stunting dengan cara pengukuran antropometri berdasarkan TB/U, sedangkan variabel lingkungan fisik dan sosial menggunakan kuesioner dengan cara wawancara. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat, dan multivariat menggunakan uji statistik regresi logistik.Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian stunting pada balita adalah sumber air minum (p = 0,001; OR = 4,467), pembuangan sampah rumah tangga (p = 0,001; OR = 3,302), pengolahan sampah rumah tangga. (p = 0,001; OR = 3,204), dan kepemilikan perlindungan sosial (p = 0,001; OR = 2,004). Sumber air minum merupakan faktor yang paling dominan dengan kejadian stunting.