http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/far/issue/feedJurnal Farmasetis2022-02-07T22:14:12+00:00Livana PHlivana.ph@gmail.comOpen Journal Systems<p>Penulis jurnal berasal dari tenaga kesehatan, dosen, mahasiswa, peneliti yang tertarik dalam bidang farmasi. Jurnal diterbitkan pertama kali sejak Juni tahun 2011, dan terbit dengan ISSN versi cetak pada Volume 2 No 1 Juni 2012 dan ISSN versi online pada Volume 6 No 1 Mei 2017. Jurnal farmasetis terbit 2 kali dalam setahun yaitu bulan Mei dan November.</p>http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/1668Uji Aktivitas Anti Obesitas Kombinasi Infusa Rimpang Bengle dan Biji Kopi Hijau2021-11-28T20:14:59+00:00Muhamad Fauzi Ramadhanmuhamadfauziedukasi@gmail.comEndang Kartini Ariati Murwanimuhamadfauziedukasi@gmail.com<p>Obesitas merupakan penyakit metabolic yang paling umum dan terkait dengan penyakit kronis, sehingga perlu perhatian khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati mekanisme aktivitas anti obesitas dari kombinasi Infusa Bengle (<em>Zingiber cassumunar Roxb.</em>) dan Kopi Hijau (<em>Coffea arabica L.</em>). Penelitian dilakukan dengan memberikan infusa bengle dan kopi hijau pada mencit jantan, aktivitas yang diberikan dilihat dari berat badan mencit, berat feses dan berat pakan perhari. Berat badan mencit diukur perhari dan diperoleh data kontrol negatif 23.12g ± 2.29g ; kontrol sehat 22.32g ± 0.97g; Dosis 1, 2 dan 3 secara berturut-turut 22.8g ±1.64g; 22.45g ± 1.21g; dan 20.57g ±0.57g. Berat feses perhari diperoleh data kontrol negatif 755.27mg ± 207.18mg; kontrol sehat 632.00mg ± 69.75mg; Dosis 1, 2 dan 3 secara berturut-turut 874.76mg ± 201.18mg; 809.26mg ± 180.16mg dan 678.16mg ± 221.46mg. Berat pakan diukur perhari diperoleh data kontrol negatif 3.39g ± 1.07g; kontrol sehat 2.59g ± 0.84g; Dosis 1, 2 dan 3 secara berturut-turut 3.04g ± 0.67g; 2.67g ± 0.52g dan 2.2g ± 0.82g. Hasil menunjukan aktivitas penurunan berat badan dan berat pakan secara signifikan (p<0,05) sedangkan berat feses menunjukan hasil tidak bermakna (p>0,05). Dosis 3 menunjukan hasil terbaik untuk penurunan berat badan dan berat pakan disbanding dosis 1, dosis 2 dan kontrol sehat.</p>2021-11-28T20:13:57+00:00##submission.copyrightStatement##http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/1679Uji Kepekaan terhadap Antibiotik dan Kemampuan Membentuk Biofilm pada Escherichia Coli Penyebab Infeksi Saluran Kemih2021-12-21T11:27:06+00:00Didik Wahyudididikww@gmail.comAulia Nur Rahmawatididik.wahyudi@stikesnas.ac.id<p><em>Escherichia coli </em>merupakan bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK) dan memiliki kemampuan membentuk biofilm di dalam jaringan, sehingga mengakhibatkan pengobatan infeksi menjadi lebih sulit. <em> </em>Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui kepekaan <em>E. coli </em>yang mengakibatkan infeksi saluran kemih terhadap beberapa antibiotik dan kemampuannya dalam membentuk biofilm. Penelitian ini didahului dengan identifikasi <em>E. coli </em>yang diisolasi dari sampel urin penderita ISK dengan metode uji biokimia dan uji kepekaan berbagai antibiotik dengan metode dilusi (<em>vitek 2 Compact</em>). Uji kemampuan pembentukan biofilm dilakukan dengan metode <em>Microtiter Plate Culture</em> pada media <em>Trypticase broth</em>, diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37<sup>o</sup>C<em>. </em>Biofilm yang terbentuk diukur berdasarkan masa yang melekat pada sumuran <em>micotiter plate 96 well</em> dengan pewarnaan <em>crystal violet</em> 0,1%, dibaca dengan <em>microplate reader</em> pada panjang gelombang 570nm, dengan masing-masing ulangan 12 kali. Pengukuran biofilm berupa nilai <em>Optical density </em>dikategorikan dalam kuat, sedang, dan lemah. Hasil penelitian menunjukan semua isolat <em>E. coli </em>memiliki kesamaan sifat biokimia, namun memiliki kepekaan yang bervariasi terhadap beberapa antibiotik. Ada 14% isolat memiliki kemampuan pembentukan biofilm kuat, dan 43% isolat sedang, dan 43% isolat lemah, tidak ditemukan hubungan antara pembentukan biofilm dan kepekaannya terhadap antibiotik.</p>2021-11-28T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/1699the Analisis Cost Consequences Obat Multi Drug Resistance Tuberculosis2021-12-21T12:50:49+00:00Triyo Novavavaventi@gmail.comWoro Supadmiwsupadmi@yahoo.comMurwiningsih Murwiningsihwsupadmi@yahoo.com<p>Tuberkulosis <em>Multi Drug Resistance </em>(TB-MDR) merupakan penyakit yang membutuhkan waktu pengobatan cukup panjang dengan efek samping yaitu artralgia, mual dan muntah, renal, gangguan pendengaran, gangguan tidur, gangguan psikiatri, hipokalemia, hiperurisemia, diare dan nyeri. Efek samping membutuhkan penanganan yang berdampak pada biaya pengobatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek samping dan biaya konsekuesi akibat efek smaping obat. Desain penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif. Subjek penelitian adalah semua pasien TB-MDR di RSUD Cilacap tahun 2018.yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data meliputidsata subyektif dan obyektif pasien selama terapi obat anti tuberkolosis (OAT) berdasarkan rekam medik. Parameter kejadian efek samping menggunakan literatur Meyler’S Side Effect of Drugs edisi 15 dan Permenkes No. 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis<em>.</em> Data biaya diperoleh dari bagian keuangan rumah sakit. Terdapat 49 pasien TB-MDR yang memenuhi kriteria inklusi. Efek samping yang terjadi yaitu neuropatik perifer (82%), mula muntah (98%), alergi (31%), hiperurisemia (100%), gangguan pendengaran (59%), gangguan penglihatan (8%), dan nyeri kepala (41%). Konsekuensi biaya yang dibutuhkan untuk penanganan efek samping akibat penggunaan OAT sebesar 46.800 per sekali datang, sedangkan untuk biaya terapi TB-MDR perbulan 860.354.</p>2021-11-28T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/1560Formulasi Sediaan Gel Antijerawat Ekstrak Etanol Daun Kedondong dan Uji Aktivitas Antibakteri terhadap Bakteri Staphylococcus Epidermidis2021-12-21T23:33:52+00:00Hasma Hasmahasmaazzah@gmail.comAndi Nurpati Panaungihasmaazzah@gmail.com<p>Daun kedondong mengandung alkaloid, flavanoid, tannin dan saponin yang bersifat antibakteri yang berguna untuk penyakit kulit. Salah satunya adalah jerawat. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat formulasi gel antijerawat ekstrak daun kedondong dan mengetahui aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Gel dibuat dengan beberapa konsentrasi ekstrak 1,5%, 2,5%, 3,5% dengan carbopol 940 sebagai Basis gel. Uji sifat fisik gel: organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, dan daya lekat. Selanjutnya dilakukan penentuan aktivitas antibakteri dengan cara difusi sumuran. Analisis stabilitas fisik gel dilakukan dengan SPSS Uji paired sampel test, sedangkan pengujian aktivitas antibakteri diolah menggunakan statistik One Way Anova, Hasil penelitian membuktikan gel ekstrak daun kedondong dapat dibuat dalam bentuk sediaan gel antijerawat karena memenuhi kriteria sediaan gel. Gel ekstrak daun kedondong konsentrasi 3,5% adalah gel paling baik menghambat aktivitas antibakteri pada bakteri Staphylococcus epidermidis dengan penghambatan 22,46 mm termasuk dalam kategori daya hambat sangat kuat (p<0,05). Gel Ekstrak daun kedondong dapat dibuat dalam bentuk sediaan gel antijerawat karena memenuhi kriteria gel: Organoleptik, uji daya sebar, homogenitas, pH, dan daya lekat. Gel ekstrak daun kedondong memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri Staphylococcus epidermidis.</p>2021-11-28T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/1696Penapisan Kandungan Fitokimia dan Penetapan Kadar Total Flavonoid Ekstrak Etanolik Daun Tekelan2022-01-02T12:39:42+00:00Nur Patria Tjahjaninurpatriacahyani@gmail.comAfra Chairunnisanurpatriacahyani@gmail.comTria Vera Helmiananurpatriacahyani@gmail.com<p>Daun tekelan digunakan sebagai obat tradisional untuk peluruh air seni, membantu pembekuan darah, obat malaria, obat diare, pengobatan luka, menurunkan tekanan darah, relaksan otot polos, mengurangi sakit dan menurunkan demam, anti peradangan, anti oksidan, anti protozoa, anti jamur, dan anti bakteri. Hampir semua bagian tumbuhan hijau terutama pada bagian daunnya terdapat kandungan khas flavonoid dan telah terbukti mencegah beberapa kanker. Sebagian besar flavonoid juga bertindak sebagai agen anti oksidan dan anti radang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan senyawa kimia aktif dan menetapkan kadar total flavonoid dalam daun tekelan. Metode yang digunakan adalah maserasi untuk memperoleh ekstrak kental, skrining fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa fitokimia, dan spektrofotometri UV untuk mengetahui kadar total flavonoid pada ekstrak etanolik daun tekelan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kandungan senyawa fitokimia yang terdapat pada ekstrak etanolik daun tekelan adalah alkaloid, tanin, saponin, steroid, triterpenoid dan flavonoid, sedangkan kadar total flavonoid pada ekstrak etanolik daun tekelan sebesar 246,63 mg/gram.</p>2021-11-28T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/1786Uji Sifat Fisikokimia Sediaan Sunscreen Fraksionat Ekstrak Diklorometan Kulit Buah Artocarpus Altilis2022-01-02T12:59:47+00:00Lismiati Lismiatilismiatilm21@gmail.comUce Lestarisyamsurizal68@unja.ac.idSyamsurizal Syamsurizalsyamsurizal68@unja.ac.id<p>Radikal bebas adalah suatu molekul senyawa kimia yang memiliki satu atau lebih elektron <br> yang tidak berpasangan. Radikal bebas merupakan salah satu dampak dari paparan radiasi sinar UV yang dapat mengakibatkan kerusakan pada sel kulit. <em>Artocarpus altilis </em>merupakan tumbuhan yang mengandung senyawa golongan flavonoid yaitu senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan. Pada bagian kulit buah sukun memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat dibuktikan dengan hasil uji aktivitas antioksidan fraksi diklorometan kulit buah sukun dengan nilai IC<sub>50</sub> 28,44 ppm. Fraksi dari ekstrak diklorometan kulit buah sukun digunakan sebagai zat aktif dalam formulasi sediaan <em>sunscreen</em><em>.</em> Penelitian ini bertujuan untuk melihat sifat fisik sediaan <em>sunscreen</em> fraksi dari ekstrak diklorometan kulit buah sukun (<em>A. altilis</em>). Formulasi sediaan <em>sunscreen</em> menggunakan 5 variasi konsentrasi pada yaitu F1, F2, F3, F4 dan F5 dengan konsentrasi zat aktif 0,1%; 0,3%; 0,5%; 0,7%; dan 0,9%. Parameter yang diamati pada sediaan <em>sunscreen</em> yaitu organoleptis, homogenitas, daya lekat, daya sebar, pH dan viskositas. Formula sediaan <em>sunscreen</em> yang memiliki sifat fisikokimia memenuhi standar SNI dan memiliki stabilitas yang paling baik dibandingkan formula lainnya adalah F5.</p>2021-11-28T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/1701Formulasi dan Evaluasi Lotion Kombinasi Ekstrak Etanol 96% Bangle dengan Bengkuang2022-01-04T10:30:42+00:00Dewi Mulyanidewimulyani394@gmail.comMuhamad Fauzi Ramadhandewimulyani394@gmail.comWahyunita Yulia Saridewimulyani394@gmail.com<p>Bangle dan bengkuang termasuk tanaman yang memiliki aktivitas antioksidan karena kandungan flavonoida berupa flavonol dan flavon yang terdapat di kedua tanaman tersebut. Kombinasi bangle dengan bengkuang dalam sediaan lotion belum banyak dilakukan. Tujuan dari penelitian ini untuk membuat sediaan lotion kombinasi ekstrak etanol 96% bangle dan bengkuang dengan perbandingan FI (1,5% bangle : 3,5% bengkuang), FII (2,5% bangle : 2,5% bengkuang), FIII (3,5% bangle : 1,5% bengkuang) dengan penambahan pewangi dan tanpa pewangi, menguji sifat fisik sediaan lotion serta melakukan uji hedonik terkait kepuasan dan kenyamanan responden terhadap sediaan lotion. Sediaan lotion kombinasi ekstrak etanol 96% bangle dan bengkuang dibuat dengan perbandingan FI (1,5% bangle : 3,5% bengkuang), FII (2,5% bangle : 2,5% bengkuang), FIII (3,5% bangle : 1,5% bengkuang), dan diuji sifat fisik serta uji hedonik dengan penambahan pewangi dan tanpa pewangi. Hasil penelitian menujukkan sediaan lotion berwarna kuning langsat, beraroma khas bangle pada sediaan lotin tanpa pewangi dan beraroma mawar pada sediaan lotion dengan pewangi, serta memiliki tekstur kental. p H seluruh formula sediaan lotion memenuhi persyaratan keamanan pH (4,5-8,0). Daya sebar seluruh formula sediaan lotion memenuhi persyaratan (5 -7 cm). Daya lekat seluruh formula sediaan lotion tidak memenuhi persyaratan kurang dari 4 detik. Hasil uji stabilitas lotion seluruh formula menunjukkan terjadinya peristiwa <em>creaming </em>pada minggu ke 3 dan 4. Uji hedonik FI, FII, FIII lotion dengan tambahan pewangi paling banyak disukai oleh responden Pria dan Wanita dari segi warna, aroma, dan tekstur.</p> <p><em> </em></p>2021-11-28T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/2002Uji Imunomodulator Sirup Ekstrak Kulit Jeruk Nipis Citrus Aurantiifolia2022-01-04T11:04:31+00:00Wahyunita Yulia Sariwahyunitayulia@gmail.comDefiningsih Yuliastutiwahyunitayulia@gmail.comMuhamad Fauzi Ramadhanwahyunitayulia@gmail.com<p>Pandemi <em>Corona Virus Disease</em> (COVID-19) menghimbau agar masyarakat selalu menjaga kebersihan dan meningkatkan sistem imun tubuh. Limbah kulit buah jeruk nipis diketahui memiliki berbagai khasiat, salah satunya sebagai imunomodulator. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek imunomodulator dari sediaan sirup ekstrak kulit buah jeruk nipis, sehingga dapat meningkatkan sistem imun tubuh manusia terutama di masa pandemi COVID-19. Sediaan sirup banyak diminati oleh masyarakat, karena mudah digunakan dan lebih cepat diabsorbsi apabila dibandingkan dengan sediaan oral lainnya. Ekstrak kulit jeruk nipis 10% yang diperoleh berdasarkan metode maserasi dibuat menjadi sediaan sirup. Evaluasi sediaan sirup meliputi, uji organoleptis, pH dan viskositas. Uji imunomodulator dari sediaan sirup dilakukan untuk mengetahui potensi imunomodulator, apabila sediaan diberikan kepada hewan. Sirup dari ekstrak kulit jeruk nipis memiliki pH dan viskositas yang memenuhi standar. Sirup yang diberikan dengan dosis I (2ml/KgBB) merupakan dosis paling efektif berdasarkan nilai konstanta fagositosis yang lebih dekat dengan kontrol positif dan memiliki waktu paruh yang terkecil dibandikan Dosis II (4 ml/Kg BB) dan Dosis III (8 ml/Kg BB). Uji imunomodulator dari sediaan dapat dilihat berdasarkan nilai konstanta fagositosis dan waktu paruh eliminasi karbon.</p>2021-11-28T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/2003Uji Aktivitas Sun Protecting Factor Lotion Ekstrak Etanol 70% Kulit Jeruk Nipis Citrus aurantifolia2022-01-04T12:00:05+00:00Malikhatul Munifahwahyunitayulia@gmail.comWahyunita Yulia Sariwahyunitayulia@gmail.comDefiningsih Yuliastutiwahyunitayulia@gmail.com<p>Tabir surya termasuk sediaan kosmetik yang secara fisik atau kimia mampu menghambat masuknya sinar UV ke dalam kulit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas <em>sun protecting factor </em>lotion ekstrak etanol 70% kulit jeruk nipis (<em>Citrus aurantifolia)</em>. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Ekstrak etanol 70% kulit jeruk nipis dibuat dalam bentuk lotion tabir surya berdasarkan hasil formula optimum dari penelitian sebelumnya dengan konsentrasi 12,5%. Uji daya sebar menunjukkan bahwa lotion telah memenuhi persyaratan daya sebar sediaan topikal yang baik yaitu 5-7 cm, tetapi untuk uji daya lekat lotion tidak memenuhi persyaratan yang baik yaitu lebih dari 4 detik. Lotion ekstrak etanol 70% kulit jeruk nipis memiliki daya proteksi terhadap sinar matahari kategori ekstra.</p>2021-11-28T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/1905Formulasi dan Evaluasi Sediaan Sabun Cair Ekstrak Bongkol Pisang Kepok (Musa Paradisiaca L.) sebagai Antibakteri2022-01-31T23:33:44+00:00Arie Firdiawanariefirdiawan@gmail.comNovi Nurleninurleni.novi29@yahoo.co.idYenni Sri Wahyuninurleni.novi29@yahoo.co.id<p>Ekstrak bonggol pisang kepok<em> (Musa paradisiaca </em>L.) merupakan bahan alam yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri seperti bakteri yang terdapat pada tangan. Sehingga, dapat menjadi alternatif dalam pembuatan sabun cuci tangan dan meminimalisasi penggunaan bahan sintesis yang dapat menyebabkan reaksi hipersensitifitas. Tujuan penelitian adalah menghasilkan formulasi sediaan sabun ekstrak bongkol pisang kepok yang stabil dengan cara mengevaluasi masing-masing formulasi. Formulasi sabun cair pada penelitian ini menggunakan variasi konsentrasi ekstrak bongkol pisang yang berbeda yaitu formula I (1%), formula II (2%), dan formula III (3%). Evaluasi sediaan meliputi pemeriksaan organoleptis, homogenitas, pH, viskositas dan sifat alir, bobot jenis, stabilitas busa, iritasi, dan cycling test. Hasil formulasi dan evaluasi sediaan sabun cair ekstrak bongkol pisang kepok menunjukkan pada formulasi III memiliki stabilitas fisik yang paling baik.</p>2021-11-28T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/1911Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Sabun Cuci Tangan Ekstrak Bonggol Pisang Kepok Musa Paradisiaca L. terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 259222022-02-01T01:23:29+00:00Novi Nurleninurleni.novi29@yahoo.co.idArie Firdiawannurleni.novi29@yahoo.co.idYenni Sri Wahyuninurleni.novi29@yahoo.co.idDinda Tri Lestarinurleni.novi29@yahoo.co.id<p>Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri sabun cuci tangan ekstrak bongkol pisang kepok terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 2592. Sehingga, dapat digunakan sebagai alternatif bahan alam dan meminimalisasi penggunaan zat sintesis yang dapat menyebabbkan hipersensitifitas jika digunakan dalam jangka waktu yang lama. Formulasi sabun cair pada penelitian ini menggunakan variasi konsentrasi ekstrak bongkol pisang yaitu formula I (1%), formula II (2%), dan formula III (3%). Metoda pengujian aktivitas antibakteri dengan menggunakan metoda difusi dengan mengukur Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM). Nilai KHM yang diperoleh dari pengujian terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 adalah formula I 12.35 ± 0.83 mm, formula II 13.23 ± 0.35 mm dan formula III 15.23 ± 2.03 mm. Sedangkan, pada bakteri Escherichia coli ATCC 25922 formula I 12.04 ± 0.18 mm, formula II 12.71 ± 0.30 mm dan formula III 13.66 ± 0.88 mm.</p>2021-11-28T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/2028Perbandingan Aktivitas Infusa Daun Jambu Biji dan Daun Jambu Mete sebagai Antibakteri terhadap Bakteri2022-02-07T22:14:12+00:00Dyah Anggraeni Budhi Pratiwiphabraco1@gmail.comKuswardani Dwi Atminidyahanggraeni2623@gmail.com<p>Salah satu yang dapat membunuh atau menghambat mikroba adalah zat antibiotik. Antibiotik yang menghambat pertumbuhan dari bakteri disebut bakteriostatik, dimana mekanisme kerjanya dengan mempertahankan normal sel host agar dapat membunuh beberapa bakteri setelah terlebih dahulu menghambat 25 pertumbuhanya. Sedangkan bakteriosidal adalah zat antibiotik yang dapat membunuh, ketika pertahanan dari sel host tidak kuat untuk menghancurkan bakteri patogen maka pemberian bakteriosidal dapat membunuh mikroba pathogen. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui yang paling efektif antara infusa daun jambu mete dan jambu biji sebagai antibakteri terhadap bakteri <em>Staphylococcus Aureus</em>. Penelitian ini merupakan eksperimen murni. Daun jambu biji (<em>Psidium guajava Linn</em>) dan jambut mete (<em>Anacardium occidentale </em>L.) diekstrasi dengan metode infusa, kemudian dibuat dalam variasi konsentrasi yaitu 20%,40% dan 60% dengan kontrol negatif adalah aquadest dan kontrol positif adalah ampisilin. Pengukuran daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri <em>Staphylococcus aureus</em> menggunakan metode sumuran. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Infusa Daun jambu biji (<em>Psidium guajava Linn</em>) dan jambu mete (<em>Anacardium occidentale </em>L.) dapat memberikan daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri <em>Staphylococcus aureus</em> dengan daya hambat paling efektif pada konsentrasi 60%. Pada analisa data terdapat perbedaan signifikan dari variasi konsentrasi Infusa daun jambu biji (<em>Psidium guajava Linn</em>) dan daun jambu mete (<em>Anacardium occidentale </em>L).</p>2021-11-28T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##